Six

HIDUP TAK SEINDAH YANG DI BAYANGKAN
Penulis : Six
"Anaakk Ku...."
"Jaga kesehatanMu Nak"
Pada pagi yang cerah seorang Ibu menjerit sambil meratapi kepergian anak semata wayang untuk menuntut ilmu di kota. Anaknya bernama Six dan itulah aku, seorang anak dengan segudang prestasi sebagai bekal di kampung perantauan.
Prestasi yang aku dapatkan seperti juara kelas, olimpiade Matematika sekabupaten, juara Turnament silat Fight dewasa putra. Bukan hanya prestasi yang positif yang di sandang anak semata wayang Ibu itu, prestasi negatif merupakan kejadian terakhir yang dilakukan anaknya Six membogam anak kepala desa di pertandingan sepak bola antar dusun.
kejadian itu bermula karena caci maki yang di lontarkan anak kepala desa Dani kepada Six dan orang tuanya.
"Hey anak Miskin" kata anak kepala desa dan diapun sabar.
"Hey Juara kelas bermuka dua" kedua kalinya dia mengejek Six.
"Dasar anak Haram, ibumu pelacur" ketiga kali Dani memancing amarah Six.
"WOOYYYyy.... Jangan coba-coba menghina Ibuku" sambil melayangkan genggaman juara silatnya ke wajah Dani. Hidung Dani mengeluarkan darah dengan satu kali pukul di wajahnya, tetapi Six mengejar dan terus memukul.
"Bajingan kau" Dani membalas memukul Six yang menyimpan dendam dengan Six karena kalah tarung saat turnament silat.
Aku pergi ke kota untuk kerja, dan semoga kelak aku juga bisa kuliah, dengan bermodal nekat dan uang yang tidak seberapa aku melangkahkan kaki meninggalkan ibuku, teman-temanKu, kehidupan lamaku, dan semoga nanti semua berjalan dengan yang aku bayangkan.
Perjalanan dari desa menuju ke kota memakan waktu sekitar 8 jam, di perjalanan awalnya masi merasa nyaman seperti yang aku bayangkan, 20 menit kemudian mual, dan pusing mulai terasa. Aku mengalami mabuk darat karena goncangan pada metro mini yang aku naiki, tak Ku sangka pendekar silat seperti aku mabuk perjalanan.  Satu jam di dalam metro mini membuat perut Ku mual ingin muntah, "Uweeekk" kejadian yang tak inginkan ternyata kenyataan,  lendir kuning keluar  dari mulutku seperti lontong yang aku makan saat sarapan tadi pagi. Seluruh mata di dalam metro mini mengarah padaKu, mata itu mengandung makna seperti ingin membunuhku, dengan perlahan aku berikian senyum tulus dan berkata  "maaf Mas mbak saya muntah di bus ini" Pak supir melihat ke arahku melalui kaca  dan mengatakan "Kau cuci  itu , kau nodai pulak mata pencaharianKu, kalau mau muntah kau bilang sama aku ini ada kantung kau buang disitu najismu itu" sambil melempar kantung pelastik dengan logat bataknya. 
3 jam perjalanan berlangsung dengan perjuangan hidup dan mati di dalam metro mini yang pengap, bau asap yang bikin pusing, plus dengan rasa malu selama perjalanan,  masi teringat pesan dan kata-kata ibu di benakku "Hati-hati di jalan Nak, jangan lupa makan, jaga kesehatan,  hiduplah seperti yang kamu bayangkan Nak, rasakan dengan hati Mu, saring dengan otakmu jika ingin melakukan sesuatu ya Nak" satu kalimat yang dapat aku ambil yang sangat bermanfaat dari Ibu "Hiduplah seperti yang kamu bayangkan".

Tunggu lanjutannya ya....
Setiap hari Up date kok Novelnya.

0 comments:

Post a Comment